Inilah 10 Hewan Langka yang Dilindungi di Indonesia
Sebenarnya dalam dunia konservasi tidak mengenal istilah hewan langka.
Status yang di pakai adalah “hewan terancam punah” sebagaimana yang
biasa digunakan oleh berbagai lembaga konservasi semacam IUCN
(International Union for the Conservation of Nature and Natural
Resources) yang rutin mengklasifikasi dan merilis daftar IUCN Red List
of Threatened Species.
Daftar tersebutlah yang kemudian dijadikan acuan berbagai pihak baik swasta maupun pemerintah dalam pengambilan kebijakan terkait konservasi hewan. Indikator keterancaman ini pula yang kemudian sering di samakan dengan tingkat kelangkaan sebuah spesies. Hewan langka di Indonesia kian lama kian bertambah, pertambahan ini di sebabkan oleh beberapa faktor mulai dari faktor lingkungan dan juga manusia, yang menyebabkan hewan semakin lama semakin berkurang, kemudian muncul lah hewan langka.
Pelestarian hewan langka adalah tanggung jawab semua pihak. Hal ini terkait dengan kondisi bahwa manusia adalah salah satu pihak yang memiliki peran terbesar dalam proses musnahnya beberapa jenis spesies hewan. Meski manusia berada dalam jalur yang berlainan dengan dunia hewan dalam sebuah rantai makanan, namun pada kenyataannya manusia adalah salah satu predator dalam kehidupan hewan. Dalam proses pelestarian hewan langka ini, bertujuan untuk mempertahankan kehidupan spesies hewan yang makin sedikit.
Hal ini sesuai kenyataan di lapangan, bahwa ada beberapa jenis spesies binatang yang makin sulit dijumpai. Bahkan, ada beberapa jenis binatang yang ditenggarai sudah musnah sama sekali dan tidak lagi di jumpai di alam bebas.
Salah satu jenis hewan yang kini mulai sulit dijumpai di alam bebas
seperti Kuda laut Walea, atau juga beberapa jenis kura-kura hutan
Sulawesi. Binatang-binatang tersebut tergolong jenis binatang yang sudah
hilang atau makin sedikit jumlahnya. (sumber www.iucnredlist.org)
Inilah 10 Hewan Langka yang Dilindungi di Indonesia
Berikut merupakan jenis-jenis hewan langka yang ada di Indonesia menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources:
1. Gajah Sumatera
2. Komodo
3. Rusa Bawean
4. Harimau Sumatera
5. Badak Jawa
6. Orang Utan
7. Kura-kura Hutan
8. Kera Hitam Sulawesi
9. Burung Merak
10. Tapir
2. Komodo
3. Rusa Bawean
4. Harimau Sumatera
5. Badak Jawa
6. Orang Utan
7. Kura-kura Hutan
8. Kera Hitam Sulawesi
9. Burung Merak
10. Tapir
Hewan langka yang disebutkan di atas, baik hidup atau mati, dilarang oleh pemerintah untuk diperdagangkan. Maka pemerintah membuat peraturan yang melarang perdagangan hewan langka. Hal itu sebagai upaya pelestarian hewan langka agar bisa dicegah kepunahannya.
1. Gajah Sumatera
Gajah Sumatera (foto: Merdeka.com) |
Gajah sumatera adalah subspesies dari gajah asia yang hanya berhabitat
di pulau Sumatera. Gajah sumatera berpostur lebih kecil daripada
subspesies gajah india. Populasinya semakin menurun dan menjadi spesies
yang sangat terancam. Sekitar 2000 sampai 2700 ekor gajah sumatera yang
tersisa di alam liar berdasarkan survei pada tahun 2000. Sebanyak 65%
populasi gajah sumatera lenyap akibat dibunuh manusia, dan 30%
kemungkinan dibunuh dengan cara diracuni oleh manusia. Sekitar 83%
habitat gajah sumatera telah menjadi wilayah perkebunan akibat
perambahan yang agresif.
Gajah sumatera adalah mamalia terbesar di Indonesia, beratnya mencapai 6 ton dan tumbuh setinggi 3,5 meter pada bahu. Periode kehamilan untuk bayi gajah sumatera adalah 22 bulan dengan umur rata-rata sampai 70 tahun. Herbivora raksasa ini sangat cerdas dan memiliki otak yang lebih besar dibandingkan dengan mamalia darat lain. Telinga yang cukup besar membantu gajah mendengar dengan baik dan membantu mengurangi panas tubuh. Belalainya digunakan untuk mendapatkan makanan dan air dengan cara memegang atau menggenggam bagian ujungnya yang digunakan seperti jari untuk meraup.
Gajah sumatera adalah mamalia terbesar di Indonesia, beratnya mencapai 6 ton dan tumbuh setinggi 3,5 meter pada bahu. Periode kehamilan untuk bayi gajah sumatera adalah 22 bulan dengan umur rata-rata sampai 70 tahun. Herbivora raksasa ini sangat cerdas dan memiliki otak yang lebih besar dibandingkan dengan mamalia darat lain. Telinga yang cukup besar membantu gajah mendengar dengan baik dan membantu mengurangi panas tubuh. Belalainya digunakan untuk mendapatkan makanan dan air dengan cara memegang atau menggenggam bagian ujungnya yang digunakan seperti jari untuk meraup.
2. Komodo
Komodo (foto: Indonesia.travel) |
Komodo, atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus komodoensis), adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat ora.
Termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera, komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil. Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempatnya hidup.
Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka.
3. Rusa Bawean
Rusa bawean (foto: bawean.net) |
Rusa bawean (Axis kuhlii) adalah sejenis rusa yang saat ini hanya
ditemukan di Pulau Bawean di tengah Laut Jawa, Secara administratif
pulau ini termasuk dalam Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur,
Indonesia. Spesies ini tergolong langka dan diklasifikasikan sebagai
"terancam punah" oleh IUCN. Populasinya diperkirakan hanya tersisa
sekitar 300 ekor di alam bebas. Rusa Bawean hidup dalam kelompok kecil
yang biasanya terdiri atas rusa betina dengan anaknya atau jantan yang
mengikuti betina untuk kawin. Mereka tergolong hewan nokturnal atau
aktif mencari makan di malam hari.
4. Harimau Sumatera
Harimau Sumatera (foto: griyawisata.com) |
Harimau sumatera (bahasa Latin: Panthera tigris sumatrae) adalah
subspesies harimau yang habitat aslinya di pulau Sumatera, merupakan
satu dari enam subspesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat
ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah
(critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis
Lembaga Konservasi Dunia IUCN. Populasi liar diperkirakan antara
400-500 ekor, terutama hidup di taman-taman nasional di Sumatera. Uji
genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang
menandakan bahwa subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies
terpisah, bila berhasil lestari.
Penghancuran habitat merupakan ancaman terbesar terhadap populasi saat ini. Pembalakan tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi. Tercatat 66 ekor harimau sumatera terbunuh antara tahun 1998 dan 2000.
Penghancuran habitat merupakan ancaman terbesar terhadap populasi saat ini. Pembalakan tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi. Tercatat 66 ekor harimau sumatera terbunuh antara tahun 1998 dan 2000.
5. Badak Jawa
Badak Jawa (foto: blogs.uajy.ac.id) |
Badak jawa, atau badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah
anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih ada.
Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan memiliki kulit
bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2
m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak india dan
lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya
biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies
badak lainnya.
Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa", binatang ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi. Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia.
Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan perkiraan populasi tidak lebih dari delapan pada tahun 2007. Berkurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap. Berkurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan berkurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan.
Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa", binatang ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi. Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia.
Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan perkiraan populasi tidak lebih dari delapan pada tahun 2007. Berkurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap. Berkurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan berkurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan.
Tempat yang tersisa hanya berada di dua daerah yang dilindungi, tetapi
badak jawa masih berada pada risiko diburu, peka terhadap penyakit dan
menciutnya keragaman genetik menyebabkannya terganggu dalam
berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan untuk mengembangkan kedua
bagi badak jawa karena jika terjadi serangan penyakit atau bencana alam
seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi
badak jawa akan langsung punah. Selain itu, karena invasi langkap
(arenga) dan kompetisi dengan banteng untuk ruang dan sumber, maka
populasinya semakin terdesak. Kawasan yang diidentifikasikan aman dan
relatif dekat adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat
yang pernah menjadi habitat badak Jawa.
6. Orang Utan
Orang utan (foto: Kompasiana.com) |
Orang utan (atau orangutan, nama lainnya adalah mawas) adalah sejenis
kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat,
yang hidup di hutan tropika Indonesia dan Malaysia, khususnya di Pulau
Kalimantan dan Sumatera.
Istilah "orang utan" diambil dari kata dalam bahasa melayu, yaitu 'orang' yang berarti manusia dan 'utan' yang berarti hutan. Orang utan mencakup dua sub-spesies, yaitu orang utan sumatera (Pongo abelii) dan orang utan kalimantan (borneo) (Pongo pygmaeus). Yang unik adalah orang utan memiliki kekerabatan dekat dengan manusia pada tingkat kingdom animalia, di mana orang utan memiliki tingkat kesamaan DNA sebesar 96.4%.
7. Kura-kura Hutan
Kura-kura Hutan Sulawesi (Foto: hariprajitno.wordpress.com) |
Kur-kura hutan lebih dikenal dengan nama Baning Sulawesi (Indotestudo
forstenii), adalah sejenis kura-kura darat dari Sulawesi. Hewan ini
menyebar cukup luas dari perbukitan Lembah Palu sampai sekitar
Gorontalo. Dalam bahasa Inggris kura-kura ini dikenal sebagai Forsten’s
Tortoise atau Sulawesi Tortoise.
Iskandar (2000) menyebutkan bahwa jenis ini identik dengan kerabatnya dari India, Indotestudo travancorica. Oleh sebab itu sebagian pakar pada mulanya mengira bahwa baning ini merupakan jenis introduksi. Akan tetapi mengingat sebarannya yang cukup luas di Sulawesi, kura-kura ini bisa jadi merupakan jenis yang tersendiri. Belakangan, studi yang dilakukan oleh Iverson dkk. (2001) membuktikan hal ini.
Meski demikian, dari segi kelestarian jenis, daerah sebaran seluas itu masih terhitung sempit. Habitat baning Sulawesi adalah hutan musim dan pamah campuran. Habitatnya di perbukitan Lembah Palu dicirikan oleh adanya dominasi tumbuhan Centong Duri (Opuntia nigricans, Euphorbiaceae).
Ditambah dengan keadaan populasinya yang tak seberapa, baning Sulawesi dikatagorikan mudah terancam punah. Terutama oleh ancaman eksploitasi yang berlebihan dan kehilangan habitat. Oleh sebab itu IUCN memasukkan baning Sulawesi ke dalam status Endangered (EN, terancam kepunahan), dan CITES memasukkannya ke dalam Appendiks II. Hewan ini belum dilindungi oleh undang-undang RI.
Iskandar (2000) menyebutkan bahwa jenis ini identik dengan kerabatnya dari India, Indotestudo travancorica. Oleh sebab itu sebagian pakar pada mulanya mengira bahwa baning ini merupakan jenis introduksi. Akan tetapi mengingat sebarannya yang cukup luas di Sulawesi, kura-kura ini bisa jadi merupakan jenis yang tersendiri. Belakangan, studi yang dilakukan oleh Iverson dkk. (2001) membuktikan hal ini.
Meski demikian, dari segi kelestarian jenis, daerah sebaran seluas itu masih terhitung sempit. Habitat baning Sulawesi adalah hutan musim dan pamah campuran. Habitatnya di perbukitan Lembah Palu dicirikan oleh adanya dominasi tumbuhan Centong Duri (Opuntia nigricans, Euphorbiaceae).
Ditambah dengan keadaan populasinya yang tak seberapa, baning Sulawesi dikatagorikan mudah terancam punah. Terutama oleh ancaman eksploitasi yang berlebihan dan kehilangan habitat. Oleh sebab itu IUCN memasukkan baning Sulawesi ke dalam status Endangered (EN, terancam kepunahan), dan CITES memasukkannya ke dalam Appendiks II. Hewan ini belum dilindungi oleh undang-undang RI.
8. Kera Hitam Sulawesi
Kera Hitam Sulawesi (foto: holobis.net) |
Yaki atau Monyet wolai atau Monyet hitam sulawesi (Macaca nigra) adalah
satwa endemik Indonesia yang hanya terdapat Pulau Sulawesi bagian utara
dan beberapa pulau di sekitarnya. Yaki merupakan jenis monyet makaka
terbesar yang ada di Pulau Sulawesi. Cirinya yang khas dari yaki adalah
warna seluruh tubuhnya yang hitam dan memiliki rambut berbentuk jambul
di atas kepalanya, serta memiliki pantat berwarna merah muda.
9. Burung Merak
Burung merak (foto: sindonews.com) |
Merak adalah tiga spesies burung dalam genus Pavo dan Afropavo dari
familia ayam hutan (pheasant), Phasianidae. Burung jantannya memiliki
bulu ekor yang indah yang dapat dikembangkan untuk menarik perhatian
merak betina.
Ketiga spesies tersebut adalah: Merak India, Pavo cristatus, Merak Hijau, Pavo muticus, Merak Kongo, Afropavo congensis.
Ketiga spesies tersebut adalah: Merak India, Pavo cristatus, Merak Hijau, Pavo muticus, Merak Kongo, Afropavo congensis.
10. Tapir
Tapir (foto: 4muda.com) |
Tapir adalah binatang herbivora yang memakan dedaunan muda di sepanjang
hutan atau pinggiran sungai. Tapir memiliki bentuk tubuh seperti babi,
telinga yang mirip badak dan moncongnya yang panjang mirip trenggiling,
sementara lenguhannya lebih mirip suara burung daripada binatang
mamalia. Tapir merupakan hewan yang soliter, kecuali pada musim
kawinnya. Aktivitasnya lebih banyak pada malam hari (nokturnal).
Aktivitas makan biasanya dilakukan sambil tetap terus berpindah dalam
jalur yang berpindah-pindah. Jangkauan jelajah tapir sangat luas karena
mereka cenderung berjalan jauh untuk menemukan lokasi yang kaya garam
mineral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar